5 Cara Orang Tua dalam Menghadapi Remaja Keras Kepala
Cara menghadapi remaja keras kepala menjadi tentangan tersendiri bagi orang tua.
Pasalnya sebagian remaja memiliki kondisi emosional yang tidak stabil sehingga cenderung diartikan tindakan yang dilakukannya adalah penyimpangan.
Pendampingan dan upaya parenting yang dilakukan oleh orangtua sangatlah penting, untuk mengetahui penyebab mereka menjadi keras kepala.
Hal ini dikarenakan, bisa saja perilaku keras kepala yang ada pada diri anak adalah disebabkan karena orang tua yang kurang perhatian, atau faktor sosial lingkungan pertemanan.
Rasa khawatir yang dirasakan orangtua atas perilaku anak, bukan berarti harus melakukan hal-hal keras kepada anak.
Membentak, memarahi dan memaki, atau menangani anak dengan kekerasan bukan hal yang dapat dibenarkan sebagai cara efektif untuk mendidik remaja yang keras kepala.
Remaja memang seringkali cenderung dengan aturan yang ditetapkan.
Pada masa ini remaja mengalami peralihan emosional dan perubahan fisik yang signifikan dari anak-anak menuju ke tahap kedewasaan.
Perilaku remaja yang keras kepala tersebut didasari perasaan merasa tahu semua hal tentang apa yang dihadapinya, meski sebenarnya mereka kekurangan pengalaman.
Berikut adalah cara orangtua menghadapi remaja keras kepala
Biarkan mereka mempelajari kondisi yang dialaminya saat ini
Salah satu penyebab anak keras kepala adalah bisa saja disebabkan karena tidak ingin dikekang. Biarkan mereka mempelajari kondisi yang dialaminya saat ini. Berikan perhatian dan pendampingan dengan cara yang lembut agar anak selalu terbuka pada orang tua mengenai kondisinya. Saat mereka mempelajari sendiri pengalamannya , hal ini akan meningkatkan kemampuannya menjadi lebih mandiri dan mampu menyelesaikan masalah. Meski demikian, membiarkan bukan berarti melepaskan begitu saja, namun di usia remaja, mereka masih membutuhkan banyak bimbingan dari orang yang lebih berpengalaman, yaitu orang tua.
Pahami sudut pandang sebagai seorang remaja
Remaja tidak pernah menjadi orang tua, tetapi orang tua pernah menjadi remaja. Sehingga orang tua memiliki pengalaman lebih untuk memahami anaknya yang saat ini di usia remaja. Pahami banyak hal baru yang sedang dialami anak. Pahami apa yang membuatnya tidak suka, hal-hal yang membuatnya tidak nyaman, cari metode yang dapat dilakukan agar anak lebih terbuka. Sebagai orang tua gali semua informasi yang berkaitan dengan anak. Hal ini sebagai bekal orang tua untuk memahami dan berinteraksi dengan anaknya.
Baca juga: Wah! Inilah Cara Agar Anak Merasa Dicintai
Jangan berdebat
Adu mulut antara orangtua dan anak remaja suatu hal yang dianggap biasa. Hal ini dikarenakan usa remaja kebanyakan individu tidak suka diatur sehingga menyebabkan orang tua mengalami keresahan yang tinggi. Meski begitu, hindari berdebat dengan anak, perbaiki komunikasi sebaik mungkin. Perdebatan yang dilakukan hanya akan memperburuk hubungan antara orang tua dan anak. Sehingga sebagai orang tua perbanyak mendengarkan sisi anak, saat anak telah merasa didengarkan, secara otomatis mereka juga akan mendengarkan nasihat dari orang tuanya.
Buat aturan dan ajari anak memahami konsekuensi
Anak yang memiliki sikap keras kepala juga harus diberi pendidikan tentang aturan. Aturan yang lembut namun tegas harus diterapkan oleh orang tua untuk mendidik anaknya yang keras kepala. Beri penjelasan mengenai konsekuensi yang akan didapatkan jika anak tidak mematuhi aturan. Beri konsekuensi yang tidak mengancam atau memojokkan tapi tetap menjadikan anak merasa nyaman. Ini akan membuat anak berkembang dan lebih memahami tujuan orang tua membuat aturan tersebut.
Dukung hal-hal baik yang berhubungan dengan cita-citanya
Usia remaja adalah usia bersemangat dalam mencapai cita-cita. Meski memiliki sikap keras kepala, setiap remaja memiliki kelebihan dan sisi prestasi dalam dirinya yang dapat dibanggakan. Sebagai orang tua dukung hal-hal positif yang disukainya. Perbanyak beri anak untuk melakukan hal positif tersebut agar tidak terpengaruh banyak hal negatif. Hal ini dikarenakan di usia ini rasa ingin tau anak sangat tinggi untuk mengeksplorasi dunia. Jangan sampai anak anda terjebak di hal-hal negatif yang menjerumuskan masa depannya.
Baca juga: 4 Cara orang tua mengarahkan anak memilih teman yang baik